Pemanfaatan Alat Pembaca Kelembaban
Dalam Dunia Pertanian
Seiring
dengan meningkatnya jumlah populasi dunia yang mencapai 7,8 miliar maka semakin
banyak pula kebutuhan manusia. Salah satu kebutuhan manusia adalah pangan.
Menurut sebuah laporan dari Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO),
rata-rata setiap orang akan mengkonsumsi sekitar 1,4 kilogram per hari. Dengan
begitu dapat dikatakan, untuk populasi dunia mencapai angka 7 miliar dan membutuhkan
sekitar 9,8 miliar kilogram pangan setiap hari. Angka 9,8 miliar kilogram ini
akan terus meningkat seiring dengan semakin bertambahnya jumlah populasi
manusia di muka bumi ini. Bahkan menurut PBB, total pupulasi manusia akan
menjadi 9,15 miliar orang pada tahun 2050. Tentu saja dengan semakin banyaknya
manusia maka semakin banyak pula kebutuhan manusia akan makanan. Salah satu
cara yang dapat digunakan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan
mengimplementasikan teknologi pada sektor pertanian (agriculture). Implementasi dan pemanfaatan teknologi pada sector
ini dapat memberikan dampak yang besar terhadap kuantitas dan kualitas
pertanian. Salah satu implementasi teknologi pertanian ini adalah memanfaatkan
alat pengukur kelembaban digital pada lahan perkebunan atau persawahan.
Alat pengukur
kelembaban atau biasa disebut hygrometer
umumnya berbentuk bola, dimana pada termometer bola kering terdapat tabung air
raksa kering untuk mengukur suhu biasa. Sementara pada termometer bola basah
terdapat tabung air raksa basah untuk mengukur suhu jenuh atau suhu saturasi.
Cara kerja hygrometer berdasar pada
sistem penguapan dingin. Sistem ini secara sederhana digambarkan sebagai
fenomena penguapan air dimana pada saat menguap air akan membawa serta panas
dalam proses penguapan tersebut. Karena adanya pengaruh proses pelepasan panas,
maka bola basah akan menunjukkan temperatur suhu yang lebih rendah dibandingkan
dengan bola kering. Untuk mengukur kelembaban, maka penguapan air yang terjadi
pada bola dingin sama dengan kelembaban yang ada di atmosfer. Kisaran
kelembaban udara yang bisa diukur menggunakan hygrometer adalah antara 20%RH
hingga 90%RH. Sehingga kelembaban relatif dengan menggunakan satuan %. Tingkat
akurasi yang dimiliki oleh alat ini meliputi 2 hal yang bisa diukur. Yang
pertama adalah akurasi suhu yang dimiliki mencapai +1 derajat Celcius.
Sedangkan akurasi pada kelembaban udara akan memiliki nilai yang lebih tinggi
yaitu +5%. Pemanfaatan alat pengukur kelembaban ini pada sector pangan untuk
mengetahui seberapa lembab suatu bidang pertanian. Misalnya pada tanaman
kentang, Kentang (Solanum tuberosum L)
merupakan sumber utama karbohidrat. Syarat pertumbuhan,kentang ditanam pada
iklim yang Curah hujan rata-rata 1500 mm/tahun, lama penyinaran 9-10 jam/hari, suhu
optimal 18-21 °C, kelembaban 80-90% dan ketinggian antara 1.000-3.000 m dpl.
Ketika kita hendak ingin menanam kentang pada wilayah dataran rendah
(ketinggian kurang dari 1000m dpl) maka kita harus bisa mengatur kelembaban
pada greenhouse tempat kentang
ditanam. Oleh karena itu penggunaan hygrometer menjadi sangat penting pada
kasus ini.
Gambar 2. Alat pengukur kelembaban (Hygrometer)
Begitulah
prinsip cara kerja alat pengukur kelembaban udara (hygrometer) dan manfaatnya dalam sektor. Harapan penulis yaitu
semoga artikel ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada
masyarakat tentang penggunaan hygrometer
dalam sector pangan dan prinsip kerja hygrometer
sehingga dapat meningkatkan hasil panen serta mengatasi krisis pangan dunia.
Referensi:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar