Rabu, 27 Desember 2017

Pemanfaatan Alat Pembaca Kelembaban Dalam Dunia Pertanian

Pemanfaatan Alat Pembaca Kelembaban Dalam Dunia Pertanian


Seiring dengan meningkatnya jumlah populasi dunia yang mencapai 7,8 miliar maka semakin banyak pula kebutuhan manusia. Salah satu kebutuhan manusia adalah pangan. Menurut sebuah laporan dari Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), rata-rata setiap orang akan mengkonsumsi sekitar 1,4 kilogram per hari. Dengan begitu dapat dikatakan, untuk populasi dunia mencapai angka 7 miliar dan membutuhkan sekitar 9,8 miliar kilogram pangan setiap hari. Angka 9,8 miliar kilogram ini akan terus meningkat seiring dengan semakin bertambahnya jumlah populasi manusia di muka bumi ini. Bahkan menurut PBB, total pupulasi manusia akan menjadi 9,15 miliar orang pada tahun 2050. Tentu saja dengan semakin banyaknya manusia maka semakin banyak pula kebutuhan manusia akan makanan. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan mengimplementasikan teknologi pada sektor pertanian (agriculture). Implementasi dan pemanfaatan teknologi pada sector ini dapat memberikan dampak yang besar terhadap kuantitas dan kualitas pertanian. Salah satu implementasi teknologi pertanian ini adalah memanfaatkan alat pengukur kelembaban digital pada lahan perkebunan atau persawahan.



Gambar 1. Data kebutuhan pangan dunia

         Alat pengukur kelembaban atau biasa disebut hygrometer umumnya berbentuk bola, dimana pada termometer bola kering terdapat tabung air raksa kering untuk mengukur suhu biasa. Sementara pada termometer bola basah terdapat tabung air raksa basah untuk mengukur suhu jenuh atau suhu saturasi. Cara kerja hygrometer berdasar pada sistem penguapan dingin. Sistem ini secara sederhana digambarkan sebagai fenomena penguapan air dimana pada saat menguap air akan membawa serta panas dalam proses penguapan tersebut. Karena adanya pengaruh proses pelepasan panas, maka bola basah akan menunjukkan temperatur suhu yang lebih rendah dibandingkan dengan bola kering. Untuk mengukur kelembaban, maka penguapan air yang terjadi pada bola dingin sama dengan kelembaban yang ada di atmosfer. Kisaran kelembaban udara yang bisa diukur menggunakan hygrometer adalah antara 20%RH hingga 90%RH. Sehingga kelembaban relatif dengan menggunakan satuan %. Tingkat akurasi yang dimiliki oleh alat ini meliputi 2 hal yang bisa diukur. Yang pertama adalah akurasi suhu yang dimiliki mencapai +1 derajat Celcius. Sedangkan akurasi pada kelembaban udara akan memiliki nilai yang lebih tinggi yaitu +5%. Pemanfaatan alat pengukur kelembaban ini pada sector pangan untuk mengetahui seberapa lembab suatu bidang pertanian. Misalnya pada tanaman kentang, Kentang (Solanum tuberosum L) merupakan sumber utama karbohidrat. Syarat pertumbuhan,kentang ditanam pada iklim yang Curah hujan rata-rata 1500 mm/tahun, lama penyinaran 9-10 jam/hari, suhu optimal 18-21 °C, kelembaban 80-90% dan ketinggian antara 1.000-3.000 m dpl. Ketika kita hendak ingin menanam kentang pada wilayah dataran rendah (ketinggian kurang dari 1000m dpl) maka kita harus bisa mengatur kelembaban pada greenhouse tempat kentang ditanam. Oleh karena itu penggunaan hygrometer menjadi sangat penting pada kasus ini.

Gambar 2. Alat pengukur kelembaban (Hygrometer)

Begitulah prinsip cara kerja alat pengukur kelembaban udara (hygrometer) dan manfaatnya dalam sektor. Harapan penulis yaitu semoga artikel ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada masyarakat tentang penggunaan hygrometer dalam sector pangan dan prinsip kerja hygrometer sehingga dapat meningkatkan hasil panen serta mengatasi krisis pangan dunia.

Referensi:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar