Bagaimana Inkubator Penetas Telur Menjaga Suhu Inkubasi?
Mesin
inkubator penetas telur merupakan alat yang umum digunakan pada industri
pangan. Penetasan telur merupakan tahapan penting dalam memulai peternakan ayam
atau unggas lainnya. Telur secara alami akan menetas apabila dierami oleh
induknya, selama periode tertentu. Selama proses pengeraman, telur mendapatkan
perlindungan dari mangsa dan juga lingkungan yang sesuai untuk proses
perkembangan embrio di dalamnya. Salah satu faktor penting dalam proses
pengeraman adalah stabilitas suhu pengeraman, dalam hal ini suhu dijaga oleh
tubuh sang induk.
Gambar 1. Pengeraman telur ayam
oleh induknya
Seiring
dengan perkembangan teknologi, penetasan telur untuk skala industri tidak lagi
dilakukan secara alami oleh induknya, melainkan dengan bantuan inkubator penetas telur. Inkubator
penetas telur merupakan sebuah alat yang digunakan untuk membantu proses
penetasan telur unggas tanpa keberadaan induknya. Alat ini bekerja dengan
prinsip menjaga suhu lingkungan telur berada pada kondisi optimal sehingga
embrio dapat berkembang menjadi anakan sempurna tanpa keberadaan induk. Periode
inkubasi telur di dalam inkubator bervariasi tergantung jenis dan kondisi telur
yang akan ditetaskan. Lalu, bagaimana cara kerja inkubator dalam menjaga suhu
di dalam ruang inkubasi berada pada rentang suhu tertentu?
Pada
umumnya, inkubator penetas telur unggas disertai dengan sensor suhu dan
kelembaban. Sensor suhu yang digunakan, biasanya berupa sensor suhu kontak (contact temperature sensor) yang bekerja
menggunakan prinsip elektro-mekanis. Sensor suhu kontak relatif lebih murah
dibandingkan dengan sensor suhu non-kontak. Salah satu jenis sensor suhu kontak
yang digunakan dalam inkubator tetas telur adalah termostat.
Termostat bimetal menggunakan dua lempeng logam dengan koefisien muai
yang berbeda. Kedua logam tersebut ditempatkan berdampingan sedemikian rupa
sehingga ketika terjadi perubahan suhu dan transfer panas dari lingkungan
kepada kedua logam tersebut, akan terjadi pemuaian yang tidak seragam sehingga
memungkinkan munculnya dua situasi “menyala” dan “mati”. Hal ini digambarkan
sebagai berikut:
Gambar 2. Sistem Kerja
Termostat Bimetal
Selama inkubator diberi aliran panas,
terjadi perubahan suhu di dalam ruang inkubasi, sehingga terjadi pula transfer
panas ke lempeng logam di dalam termostat. Perbedaan koefisien muai panjang
antara logam merah dan logam hijau di gambar 2 menyebabkan pemuaian tidak
seragam, di mana logam hijau memuai lebih cepat. Akibatnya lempeng melengkung ke
arah kanan dan terjadi kondisi “mati”. Hal ini terjadi ketika suhu sudah cukup
panas, sehingga aliran listrik rangkaian inkubator terputus dan pemanasan ruang
inkubator terhenti. Lama kelamaan, suhu di dalam ruang inkubator menurun,
sehingga terjadi penyusutan pada lempeng logam termostat hingga terjadi kembali
kondisi “menyala”. Hal ini terus berulang sehingga suhu di dalam ruang inkubasi
akan berada di dalam rentang toleransi antara keadaan “mati” dan “menyala”
sesuai dengan penyetelan yang dilakukan. Keberadaan termostat sebagai pengukur
suhu dan pengendali aliran listrik memungkinkan inkubator tetas telur bekerja
dengan baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar