Rabu, 27 Desember 2017

Bagaimana Inkubator Penetas Telur Menjaga Suhu Inkubasi?

Bagaimana Inkubator Penetas Telur Menjaga Suhu Inkubasi?


Mesin inkubator penetas telur merupakan alat yang umum digunakan pada industri pangan. Penetasan telur merupakan tahapan penting dalam memulai peternakan ayam atau unggas lainnya. Telur secara alami akan menetas apabila dierami oleh induknya, selama periode tertentu. Selama proses pengeraman, telur mendapatkan perlindungan dari mangsa dan juga lingkungan yang sesuai untuk proses perkembangan embrio di dalamnya. Salah satu faktor penting dalam proses pengeraman adalah stabilitas suhu pengeraman, dalam hal ini suhu dijaga oleh tubuh sang induk.


Gambar 1. Pengeraman telur ayam oleh induknya


Seiring dengan perkembangan teknologi, penetasan telur untuk skala industri tidak lagi dilakukan secara alami oleh induknya, melainkan dengan bantuan inkubator penetas telur. Inkubator penetas telur merupakan sebuah alat yang digunakan untuk membantu proses penetasan telur unggas tanpa keberadaan induknya. Alat ini bekerja dengan prinsip menjaga suhu lingkungan telur berada pada kondisi optimal sehingga embrio dapat berkembang menjadi anakan sempurna tanpa keberadaan induk. Periode inkubasi telur di dalam inkubator bervariasi tergantung jenis dan kondisi telur yang akan ditetaskan. Lalu, bagaimana cara kerja inkubator dalam menjaga suhu di dalam ruang inkubasi berada pada rentang suhu tertentu?

Pada umumnya, inkubator penetas telur unggas disertai dengan sensor suhu dan kelembaban. Sensor suhu yang digunakan, biasanya berupa sensor suhu kontak (contact temperature sensor) yang bekerja menggunakan prinsip elektro-mekanis. Sensor suhu kontak relatif lebih murah dibandingkan dengan sensor suhu non-kontak. Salah satu jenis sensor suhu kontak yang digunakan dalam inkubator tetas telur adalah termostat.

Termostat bimetal menggunakan dua lempeng logam dengan koefisien muai yang berbeda. Kedua logam tersebut ditempatkan berdampingan sedemikian rupa sehingga ketika terjadi perubahan suhu dan transfer panas dari lingkungan kepada kedua logam tersebut, akan terjadi pemuaian yang tidak seragam sehingga memungkinkan munculnya dua situasi “menyala” dan “mati”. Hal ini digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2. Sistem Kerja Termostat Bimetal

            Selama inkubator diberi aliran panas, terjadi perubahan suhu di dalam ruang inkubasi, sehingga terjadi pula transfer panas ke lempeng logam di dalam termostat. Perbedaan koefisien muai panjang antara logam merah dan logam hijau di gambar 2 menyebabkan pemuaian tidak seragam, di mana logam hijau memuai lebih cepat. Akibatnya lempeng melengkung ke arah kanan dan terjadi kondisi “mati”. Hal ini terjadi ketika suhu sudah cukup panas, sehingga aliran listrik rangkaian inkubator terputus dan pemanasan ruang inkubator terhenti. Lama kelamaan, suhu di dalam ruang inkubator menurun, sehingga terjadi penyusutan pada lempeng logam termostat hingga terjadi kembali kondisi “menyala”. Hal ini terus berulang sehingga suhu di dalam ruang inkubasi akan berada di dalam rentang toleransi antara keadaan “mati” dan “menyala” sesuai dengan penyetelan yang dilakukan. Keberadaan termostat sebagai pengukur suhu dan pengendali aliran listrik memungkinkan inkubator tetas telur bekerja dengan baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar